Sabtu, 29 Juni 2013

Nagarakretagama, Karya Indonesia yang Diingat Dunia

Nagarakretagama, merupakan sumber pengetahuan mengenai Kerajaan Majapahit pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yang ditulis Mpu Prapanca.
majapahit,trowulan,kanal,candiSuasana kanal di Ibu Kota Majapahit Trowulan dalam poster National Geographic Indonesia, September 2102. Jaringan kanal kuno ini mulai diketahui setelah adanya kajian foto udara dan endapan pada 1983. Kanal dibangun sebagai adaptasi musim warga Majapahit (Sandy Solihin/NGI).
Berlimpahnya kebudayaan Indonesia kembali diakui dunia. Kali ini, lewat Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), dua naskah kuno dari Nusantara, Babad Diponegoro dan Nagarakretagama, masuk dalam daftar Memory of the World -MOW- (Daftar Ingatan Dunia), Kamis (20/6).

 Babad Diponegoro dan Nagarakretagama masuk dalam kategori ini bersama dengan 52 dokumen lainnya dari berbagai negara. Naskah kuno yang pertama disebut merupakan tulisan tangan Pangeran Diponegoro saat Belanda mengasingkannya ke Manado, Sulawesi Utara, pada Mei 1831 hingga Februari 1832.
Sedangkan naskah kedua, Nagarakretagama, merupakan sumber pengetahuan mengenai Kerajaan Majapahit pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yang ditulis Mpu Prapanca. Karya sastra ini merupakan yang tertua dalam sastra Jawa kuna.

Hadi Sidomulyo, budayawan Inggris bernama asli Nigel Bullogh, menuliskan di bukunya, Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca, bahwa Nagarakretagama sangat kaya informasi. Hadi kemudian melakukan rekam ulang perjalanan Hayam Wuruk yang tertulis dalam kitab tersebut.

Mpu Prapanca sebagai penulisnya, juga cerdas menggunakan kesempatan menulis Nagarakretagama untuk mendaftarkan ratusan desa yang terletak di wilayah inti Kerajaan Majapahit, bahkan sampai negara-negara tetangga.

Naskah Nagarakretagama sendiri pertama kali ditemukan di Lombok pada tahun 1894. Selama lebih tiga perempat abad kemudian, penelitian terhadap kakawin Nagarakretagama hanya berpangkal pada naskah yang ditemukan di Lombok ini saja. Hingga pada tahun 1978, ditemukan sejumlah naskah sama di bagian timur Bali, yang akhirnya mendorong adanya studi banding dengan naskah lama.

majapahit,trowulan,kanal,candiSuasana kanal di Ibu Kota Majapahit Trowulan dalam poster National Geographic Indonesia, September 2102. Jaringan kanal kuno ini mulai diketahui setelah adanya kajian foto udara dan endapan pada 1983. Kanal dibangun sebagai adaptasi musim warga Majapahit (Sandy Solihin/NGI).

Slamet Muljana, profesor dari Universitas Indonesia, menuliskan buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama yang kerap jadi referensi mengenai perjalanan Majapahit. Di sini, secara mendetail, ia menuliskan betapa Nagarakretagama terdiri dari 98 pupuh. Terbagi dengan sangat rapi --mengindikasikan bahwa Mpu Prapanca berprofesi ganda: pujangga keraton dan pemegang jabatan administratif pemerintahan.

Pupuh satu sampai tujuh menguraikan raja dan keluarganya.
Pupuh tujuh sampai 16, menjelaskan kota dan wilayah Majapait. Pupuh 17 sampai 39 menguraikan perjalanan keliling ke Lumajang. Pupuh 40 - 49, menguraikan silsilah Raja Hayam Wuruk.

"Itulah bagian pertama Nagarakretagama, jumlahnya 49 pupuh tepat, separo dari keseluruhan pupuh Nagarakretagama," tulis Muljana.

Diabaikan
Malang bagi karya budaya Indonesia ini, masih banyak pihak yang mengabaikannya, termasuk Pemerintah. Padahal, dalam naskah kuno itu tersimpan nilai-nilai luhur sejarah, gambaran dan kearifan lokal, hinggga naskah yang mencatat soal pengobatan.

"Pemerintah harus berperan aktif dalam pelestarian naskah-naskah kuno tersebut," kata Guru Besar Departemen Susastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Titik Pudjiastuti, seperti dilansir Kompas, Senin (24/6).

Selama ini, menurut Titik, Indonesia sudah memiliki Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Tetapi karena dianggap hanya mengatur benda-benda arkeologi, pemilik naskah kuno yang semestinya merupakan produk sebuah kebudayaan tidak mengetahu kewajiban mereka.
(Zika Zakiya)

Minggu, 23 Juni 2013

Terungkap Jenis Hewan Sesaji Suku Aztek (II)

Jaguar, sebagai salah satu persembahan, dikaitkan dengan malam karena bulu mereka yang gelap.
ikan,aztek,kerangkaPersembahan Suku Aztek pada dewanya termasuk 60 spesies ikan, simbol dari dunia bawah. (Dok.Héctor Montaño, INAH) Photograph courtesy Héctor Montaño, INAH
Data dari  Institut Nasional Antropologi dan Sejarah (INAH) Meksiko mengungkap ada160 spesies hewan persembahan Suku Aztek. Sebagian besar merupakan hewan asli dan sebagian lainnya berasal dari wilayah lain yang diduga berasal dari upeti ataupun perdagangan. Setelah sebelumnya kita menyimak dari jenis ikan, kerang, dan unggas, berikut daftar lain jenis hewan sesaji suku Aztek:


Reptil
Ditemukan enam jenis penyu sebagai persembahan bagi dewa. Spesies pertama, terindentifikasi adalah Trachemys scripta, yang berasal dari sungai tropis Tabasco, Campeche, dan Chiapas. Kedua, merupakan spesies yang hidup di Tenochtitlan, dan ketiga berasal dari pantai Veracruz dan Yucatán. Ditemukan juga enam jenis ular, empat jenis kadal, dua jenis buaya.
Mamalia
Arkeolog menemukan 13 jenis puma, yang dianggap mewakili dewa matahari karena bulu keemasan yang mereka miliki. Dua Jaguar yang diduga yang berasal dari daerah tropis di selatan. Jaguar dikaitkan dengan malam karena bulu mereka yang gelap mewakili gambaran langit gelap yang penuh bintang di malam hari, serta enam jenis serigala.
Di antara hewan-hewan yang memiliki bulu menawan, para ahli juga menemukan bukti kuno dari taksidermi --hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti, dengan organ dalam yang dikeluarkan. Contoh-contoh hewan persembahan suku Aztek kini dipamerkan di Museum Templo Mayor, Meksiko.

Hewan-Hewan Sesaji Suku Aztek (I)

Setiap hewan miliki makna berbeda bagi suku ini.
buaya,aztek,kerangkaSebuah museum menunjukkan tulang buaya yang sempat dijadikan seserahan untuk dewa-dewa Aztek.(Héctor Montaño, INAH)
Satu demi satu sejarah Suku Aztek mulai terkuak. Setelah tahun lalu para peneliti menemukan 50 tengkorak dan lebih dari 250 tulang rahang sebagai bukti suku Aztek memiliki ritual brutal, kali ini arkeolog kembali mengidentifikasi lebih dari 400 spesies hewan dijadikan sesaji bagi dewa.


 400 spesies hewan yang ditemukan di situs Tenochtitlan, Ibu Kota kuno suku Aztec. Di kota besar inilah terdapat piramida menjulang yang dikenal dengan Templo Mayor. Peneliti menduga suku Aztek memulai tradisi persembahan kepada dewa pada abad ke-14, salah satunya dengan melakukan ritual persembahan tubuh hewan.

Sebagian besar merupakan hewan asli dan sebagian lainnya berasal dari wilayah lain yang diduga berasal dari upeti ataupun perdagangan. Dari penelitian terungkap, jenis hewan yang biasa dijadikan sesaji oleh suku Aztek.

Ikan dan kerang
Moluska disimpan dalam jumlah yang sangat besar. Peneliti mengindentifikasi sebanyak 300 spesies baik yang terdapat di Samudra Atlantik dan Pasifik. Selain moluska, sebagian besar ikan berasal dari Samudra Atlantik menjadi paling banyak kedua yang ditemukan yaitu sebanyak 60 spesies. Makhluk-makhluk ini dianggap mewakili kehidupan bawah dari domain berair di kosmos Aztek.

Unggas
Sebanyak 26 spesies burung dikorbankan untuk persembahan dewa. Seluruhnya memang tinggal di area tersebut sepanjang tahun dan ada yang bermigrasi. Sementara jenis Toucans, quetzals, dan burung pelatuk datang dari tempat lain.
Masing-masing spesies mungkin memiliki makna khusus bagi suku Aztek. Elang emas, misalnya dikaitkan dengan matahari karena dapat terbang jauh tinggi di langit. Kini, warisan suku Aztek dikekalkan oleh pemerintah Meksiko yang menempatkan elang emas ini dalam bendera negara.
bersambung...

Buang Sampah ke Sungai Itu Warisan Zaman VOC

Tradisi mengotori kanal dengan limbah rumah sudah ada di Batavia sejak abad ke-17. Walhasil, masalah saluran air di Jakarta adalah sampah.
sampah,jakarta,kali,sungaiPemungut sampah plastik sedang mengumpulkan sampah sampai harus menyelam ke dalam sungai. (Muchamad Noor Eva/Fotokita.net)
Saya mengikuti Sunaryo yang menaiki tangga baja melingkar menuju ruangan pengendali Pintu Outlet di Cipinang Besar Selatan. Setelah pintu terbuka, tampak ruangan memanjang bercat dan berlantai putih yang berisi panel-panel untuk mengoperasikan pintu air.


Dia sudah bertugas sebagai penjaga pintu air ini sejak Kanal Banjir Timur (KBT) resmi digunakan pada 2011. Dari deretan jendela di sepanjang ruangan yang mirip lorong itu Sunaryo bisa memantau bentang lingkungan hulu kanal.

Mulut saluran aliran keluar yang menuju Sungai Cipinang itu mulai mendangkal dan penuh sampah. Dari anjungan pintu air itu kami bisa menyaksikan aneka bungkus plastik mie instan, plastik pembungkus belanja, hingga bak mandi plastik yang kandas tengkurap.
“Di Jakarta menghilangkan sampah itu sangat sulit,” kata Sunaryo. “Kesadaran orang-orang di sini sangat susah.”
“Orang membuang sampah ke kali itu paling enak: Begitu dilempar sudah hilang,” ujar Sunaryo dengan kesal. “Sedangkan mengangkatnya lebih susah.”

Imbauan untuk tidak membuang sampah di sungai sekadar gembar-gembor. Tetap saja sampah menumpuk di pintu airnya. Kalau kanal tidak dibersihkan selama sebulan, alat ekskavator pun perlu turun mengangkut. “Kalau tenaga orang saja kewalahan.”

Terdapat lima sungai yang aliran dan sampah yang menyertainya ditampung oleh KBT. Dalam perjalanannya menuju muara sampah-sampah itu tersangkut di pintu-pintu outlet dan pintu bendung gerak.

Di kesempatan berbeda, saya bertanya soal sampah kepada Mona Lohanda, seorang peneliti sejarah Jakarta dan arsiparis di Arsip Nasional Republik Indonesia. Mona mengisahkan sebuah plakat bertahun 1630 yang berisi aturan yang dikenal sebagai negenuursbloemen—kalau diterjemahkan bebas artinya bunga-bunga jam sembilan.

Aturan yang dibuat Dewan Hindia—di dalamnya termasuk Gubernur Jenderal VOC—itu mengizinkan warga Kota Batavia untuk membuang sampah ke kanal kota setelah pukul 21.00. “Kata 'negenuurbloemen' itu pemanisan dari aturan membuang kotoran manusia dari rumah tangga di dalam tembok kota,” ungkapnya.
Di dalam buku Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, Mona pernah menulis, “Sampah rumah tangga pun ikut dibuang ke kali, karena aturan membuat dan menempatkan bak sampah di muka rumah baru dikeluarkan pada pertengahan abad ke-19.”

Menurut Mona, aturan tersebut terus berlaku lantaran kakus baru ditemukan di Eropa pada abad ke-19 pula.Tampaknya aturan zaman VOC itu berlanjut ratusan tahun, bahkan hingga hari ini.

Kini, Sunaryo boleh sedikit berlega. Kampung di sekitar pintu airnya sudah mengusahakan untuk menunjuk petugas pengumpulan dan pengangkutan sampah di setiap rumah.  Namun, tiba-tiba terlintas di benaknya tentang teman-temannya para petugas kebersihan KBT. “Tetapi, kalau kanal bersih, lalu yang biasa bersihin kanal kerjanya apa?”

Jelajahi kehidupan di tepian kanal perkotaan terpanjang dan berkawasan terluas di negeri ini dalam kisah Megaselokan Megapolitan di majalah National Geographic Indonesia edisi Juli 2013.
(Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Duecy, Si Kucing Berwajah Dua

Duecy kemungkinan terlahir sebagai anak kembar, namun dalam perkembangan embrio tidak membelah dua secara sempurna.
dua wajah,kucingDuecy si kucing dengan fenomena dua wajah (You Tube/National Geographic News)
 Layaknya kucing yang baru lahir, Duecy begitulah nama kucing yang memiliki wajah mungil, lahir di Amity, Oregon, Amerika Serikat. Namun Duecy, tak seperti kucing lainnya yang tumbuh dengan tubuh dan wajah sempurna, ia memiliki dua wajah.




Kucing seperti ini dikenal dengan kucing Janus. Sebutan tersebut melekat sesuai dengan nama Dewa Romawi yang memiliki dua wajah di kepalanya. "Kondisi ini memang tak biasa, namun dari sudut pandang ilmiah, tidak ada yang spektakuler dari kondisi kucing ini," ujar Leslie Lyons, profesor di University of California, yang mempelajari mengenai genetika kucing domestik.

Menurut Lyons kondisi yang dialami oleh Duecy merupakan salah satu tipe cacat yang dapat terjadi pada mamalia. Duecy bisa saja kemungkinan terlahir sebagai anak kembar, namun perkembangan embrio tidak membelah secara sempurna. Hasilnya, Duecy terlahir sebagai kucing yang memiliki dua wajah dalam satu tubuh.
Model kucing seperti ini memang ditakdirkan tidak memiliki umur yang panjang. Dengan sedikit pengecualian pada beberapa kasus seperti yang dialami oleh kucing bernama Frank dan Louie yang mampu bertahan hidup setidaknya hingga usia mereka 12 tahun.

Kucing dan hewan lain yang memiliki kondisi seperti Duecy biasanya mati pada usia yang masih sangat muda, bahkan hanya mampu bertahan hidup dalam hitungan hari.

Duecy dilaporkan telah ditinggalkan oleh ibu mereka. Sikap demikian merupakan perilaku khas kucing saat mengetahui anak mereka mengalami cacat. Namun demikian ada beberapa ibu yang justru bereaksi lain menanggapi situasi ini.

"Ketika anak kucing mengalami cacat, ibu mereka cenderung memanfaatkannya, kucing cenderung mengetahui saat ada sesuatu yang salah dengan anak mereka," kata Lyons.

Hingga saat ini, Lyons mengungkapkap sulit untuk memperkirakan seberapa sering "kucing Janus" lahir. Karena kalaupun mereka lahir sangat jarang yang dapat mampu bertahan hidup. Begitu pula yang terjadi pada Duecy yang hanya mampu bertaham hidup kurang dari seminggu.

Pemahaman mengenai fenomena kucing kembar memang masih sedikit sekali dan diperlukan pengujian genetik lebih lanjut.
(Katia Andreassi. National Geographic News)

Misteri Mumi Raja Berlapis Emas

Dalam menyiapkan perjalanan ke alam baka, Raja Tut dilimpahi benda-benda berkilauan yang kesemuanya terbuat dari emas murni.
tut,mesir,raja,emasTopeng emas Raja Tut (Thinkstockphoto)
Mumi Raja Tutankhamun atau dikenal dengan Raja Tut merupakan mumi paling terkenal di dunia. Misteri mumi yang konon terkubur bersama dengan kemilau emas dan barang berharga lainnya terus mengundang perhatian arkeolog untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


Raja Tut merupakan ayah atau kakek Tut, tergantung bagaimana Anda membaca bukti sejarah ini karena belum ada kesepakatan di antara sumber-sumber yang tersedia – adalah firaun paling kuasa yang memerintah selama hampir empat dekade pada puncak zaman keemasan dinasti ke-18.
Demi memecahkan misteri, arkeolog membongkar makam Raja Tut. Nantinya akan dilakukan penelititan CT Scan terhadap mumi ini. Berbagai usaha dikerahkan demi melihat kondisi mumi dari jasad yang meninggal dunia lebih dari 3.300 tahun silam.

Makam Raja Tut terletak di pekuburan Mesir kuno atau dikenal sebagai Lembah Para Raja tak pernah sepi pengunjung. Untuk melakukan penggalian tim harus menutup komplek pemakaman. Tim ahli dari Mesir berteriak memberikan semangat para penggali yang menggunakan sorban dan jubah panjang.
Dengan tali peti mati Raja Tut diangkat keluar dari sarkofagus. Kemudian dengan perlahan peti kayu dibuka. Di dalamnya peti, berbalut katun dan kain tipis yang menguning termakan waktu - terbujur jenazah Raja Tutankhamun.

Seraut wajah tenang dengan bekas luka di pipi kiri, dada bidang berukuran lebih besar dibandingkan manusia yang hidup pada masa kini, rangka lengan dan kaki, yang semuanya dihitamkan dengan damar (resin) - yang dituangkan selama ritual pemakamannya. “Kondisi mumi ini sangat buruk lantaran perbuatan Carter pada 1920-an,” kata Zahi Hawass, sekretaris jendral Supreme Council of Antiquities Mesir.
lembah para raja,mesir,gurunLembah Para Raja. (Thinkstockphoto)
Howard Carter, adalah arkeolog Inggris yang menemukan makam Raja Tut  pada tahun 1922. Konon, mumi Raja Tut terkubur bersama barang-barang berharga sehingga membuat siapapun tergugah untuk menemukannya.

Hawass mengungkapkan bahwa Carter merampok isi peti Raja Tut, namun secara mengejutkan isi peti tersebut masih utuh.

Berbagai artefak emas yang memesonakan, kemilau abadinya seolah membangkitkan semangat pada saat penemuan. Dalam menyiapkan perjalanan ke alam baka, Raja Tut dilimpahi benda-benda berkilauan: kerah baju berharga, kalung dan gelang berukir, cincin, jimat, celemek seremonial, sandal, sarung tangan dan kaki, serta bagian dalam peti mati dan topeng yang kini menjadi ikon Tut yang kesemuanya terbuat dari emas murni.

Untuk memisahkan Raja Tut dari aneka perhiasan emas tersebut, orang-orang Carter melepas kepala mumi dan memotong hampir setiap sendi utama sehingga menimbulkan kerusakan pada mumi. Begitu selesai, mereka menyambung kembali jasad dengan mengisi lapisan pasir dalam peti kayu untuk menyembunyikan kerusakan.

Raju Tut juga dikubur dengan benda-benda lain seperti papan permainan, pisau cukur perunggu, kain linen bahan pakaian, peti-peti makanan, dan anggur, kesemua benda tersebut dipercaya merupakan kebutuhan sehari-hari setelah kematian.

Pada 1968 - lebih dari 40 tahun setelah penemuan Carter - seorang profesor anatomi memotret mumi dengan sinar X dan terungkap fakta mengejutkan: Di bawah damar yang melekat di dadanya, tulang dada dan rusuk depannya hilang.

Dewasa ini gambaran diagnostik dapat dilakukan dengan computed tomography (CT scan), yang mana ratusan hasil sinar X dalam potongan silang tampak seperti lembaran-lembaran roti yang membentuk tubuh virtual tiga dimensi. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penyebab kematian Raja Tut  dan di usia berapa Ia meninggal dunia.

(Kisah Mengenai Mumi Raja Tut pernah dimuat National Geographic Indonesia pada Juni 2005)